Sebagaimana dimaklumi bersama, Lailatul Qadar adalah sebuah fenomena yang penuh dengan misteri. Kapan waktunya tak ada kepastian tentang hal tersebut. Namun demikian, ada beberapa pakar dan ahli fisika mencoba menghitung kemukjizatan Lailatul Qadar itu dengan ilmu fisika.
Dalam ilmu fisika, kecepatan cahaya sama dengan 300 ribu kilometer per detik. Bila dikonversi ke menit, sama dengan 18 juta kilometer per menit. Jika dikalikan dengan satu jam, menjadi 1.080 juta kilometer per jam. Jika angka tersebut dikali dalam sehari semalam (24 jam), hasilnya sama dengan 25.920 juta kilometer. Kemudian, jika dikali dalam sebulan (30 hari), hasilnya sama dengan 777.600 juta kilometer. Jika seribu bulan, berarti sama dengan 777.600 miliar kilometer.
Lalu berapakah kecepatan cahaya rohani dalam versi metafisika? Albert Einstein, bapak fisika modern dan penemu teori relativitas menyebutkan, kecepatan cahaya energi adalah E=MC2 (2 adalah kuadrat). E adalah energi, M adalah massa sebuah benda, dan C adalah kecepatan konstan cahaya. Inilah yang kemudian disebut dengan teori fisika quantum.
Adapun teori quantum diungkapkan oleh Max Planck (1858-1947), Neil Borth (1885-1962), dan Wener Heisenberg (1901-1976). Mereka mengatakan, quantum adalah bagian elementer terkecil bersifat gelombang energi. Pergerakan quantum bukan linier memanjang sambung-menyambung, tetapi berupa loncatan quantum.Dengan demikian, kecepatan cahaya rohani sama dengan 30 ribu triliun kilometer per detik. Jika cahaya biasa dalam seribu bulan kecepatannya sama dengan 777.600 miliar kilometer, kecepatan cahaya rohani per detik dalam seribu bulan mencapai 38.580,24691358024691358024691358 kilometer, yang menandakan lebih baik dari seribu bulan.
Sementara itu, kecepatan malaikat naik menghadap Allah dalam sehari kadarnya mencapai 50 ribu tahun perhitungan manusia. Lihat surah Al-Ma’arij [70]: ayat 4. “Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.”
Perpindahan malaikat dari alam malakut (dimensi cahaya) menuju ke alam nasut (dimensi partikel, manusia) tidak setiap saat dapat terjadi. Karena untuk berpindah dimensi, malaikat berarti melintasi cermin CP (C=charge conjugation, penolakan muatan dan P= parity, keseimbangan), dan memperlambat kecepatannya (kecepatan cahaya) mendekati kecepatan partikel. Ini sama dengan pengerahan energi secara kontinyu, yang kalau tidak sesuai prosedur yang ditentukan Allah, akan berakibat fatal (meledak, energy-overload).
Putaran ruang dalam kecepatan cahaya (300.000 km/s) adalah waktu mutlak. Ia adalah ruang bulat dan bukan lonjong. Bila benda bergerak dengan kecepatan cahaya, yang artinya sama dengan kecepatan putaran ruang atau waktu mutlak, benda itu akan membekukan waktu mutlak sehingga ia akan terlepas dari perhitung an waktu.
Sekarang, akan kita hitung usia seorang mukmin yang dikaruniai Allah Lailatul Qadar. Kita ambil contoh, bila si Fulan telah berusia 30 tahun, ia telah menjalankan ibadah Ramadhan semenjak usia 15 tahun, berarti ia telah menjumpai Lailatul Qadar sebanyak 15 kali. Selanjutnya, bila selama 15 tahun itu dikaruniai Lailatul Qadar oleh Allah sebanyak 12 kali saja (yang tiga tahun bolong-bolong), si Fulan tadi tidak lagi berusia 30 tahun, tetapi telah bertambah mengikuti persamaan Lailatul Qadar.
Rumusnya adalah U = Ui + (n x 83,4). U adalah usia hamba yang mendapatkan Lailatul Qadar (tahun), Ui adalah usia hamba mula-mula (tahun), n = orde Lailatul Qadar (tanpa satuan), dan 83,4 adalah 83 tahun tambah 4 bulan (seribu bulan). Dengan demikian, usia Fulan saat ini adalah U= 30 + (12 x 83,4) tahun yang berarti 1030,8 tahun, atau 1.030 tahun ditambah 8 bulan. Wallahu A’lam.
Dikutip dari catatan Syekh Ahmad Fauzi: